Rabu, 06 April 2016

TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara entang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan sosok dan tokoh-tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah dan karya mereka.
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
Pada dasarnya cukup banyak tokoh pelaku sejarah yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan di Indonesia. Namun, dalam kesempatan ini hanya sebagian yang bisa dikemukakan, dengan tidak mengurangi dan mengecilkan arti perjuangan dan jasa-jasa tokoh lain. 
Atas dasar inilah penulis menjelaskan  pokok bahasan ini dengan tujuan agar para mahasiswa, mahasiswi dan siapa saja yang terlibat untuk selalu mengenang dan tidak pernah melupakan karya-karya tokoh-tokoh pendidikan yang memiliki pemikiran maju, dan memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Diharapkan pembahasan ini memberikan perluasan wawasan bagi mahasiswa dan memberikan penjelasan pemahaman yang lebih baik dari sebelumnya.

B.     RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat penulis rumuskan masalahnya sebagai berikut:

1.    Bagaimana riwayat hidup dan peran Ki Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan di indonesia
2.    Bagaimana riwayat dan peran Mohammad Syafei dalam membangun pendidikan di Indonesia
3.    Bagaimana riwayat hidup dan peran KH Ahmad Dahlan dalam membangun pendidikan di indonesia
4.    Bagaimana riwayat hidup dan peran Raden Dewi Sartika dalam membangun pendidikan di Indonesia
5.    Bagaimana riwayat dan peran Raden Ajeng Kartini dalam membangun pendidikan di Indonesia

C.    TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1.    riwayat hidup dan peran Ki Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan di indonesia
2.    riwayat dan peran Mohammad Syafei dalam membangun pendidikan di Indonesia
3.    riwayat hidup dan peran KH Ahmad Dahlan dalam membangun pendidikan di indonesia
4.    riwayat hidup dan peran Raden Dewi Sartika dalam membangun pendidikan di Indonesia
5.    riwayat dan peran Raden Ajeng Kartini dalam membangun pendidikan di Indonesia




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tokoh-tokoh Pendidikan Indonesia
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh Indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
1.      Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Ia adalah salah seorang putera terbaik negeri ini. Yang memiliki pemikiran yang sangat maju pada zamanya dalam memperjuangkan pendidikan, yang hasil pemikiranya masih relevan hingga saat ini. Pemikiranya memiliki inti ingin “ memajukan bangsa tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”. Melihat buah pemikiran tersebut, betapa pemikiranya  sampai saat ini masih relevan.
Ajaran Ki Hajar Dewantara yang saat ini dipakai sebagai lambang Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), yaitu Ing Ngarso Sung Tulado, yang berarti seorang guru hendakya memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya. Ing Madya Mangun Karso, yang berarti seorang guru harus terus membuat inovasi dalam pembelajaran. dan Tut Wuri Handayani, yang berarti seorang guru harus dapat membangkitkan motifasi, memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk terus maju, berkarya, dan berprestasi. Semboyan tersebut sampai saat ini massih relevan, meskipun jika kita perhatikan ada beberapa guru yang kurang faham tentang falsafah tersebut. Seorang pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya dalam berbagai hal, sehingga guru dapat menjadi panutan bagi anak didiknya.[1]
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang berjasa di bidang pendidikan dan beliaulah yang mendirikan taman siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang sangat besar tersebut maka sampai sekarang pada tanggal 2 mei di peringati sebagai hari Pendidikan Nasional.[2] Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
1)    Asas kemerdekaan;
2)    Asas kodrat alam;
3)    Asas kebudayaan;
4)    Asas kebangsaan;
5)    Asas kemanusiaan;[3]
Setelah Indonesia merdeka Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan yang pertama, Anggota dan Wakil Ketua DPA, Anggota Parlemen dan mendapat gelar “ Doktor Honoris Causa” dalam ilmu kebudayaan dari Universitas Gajah Mada pada tanggal 19 Desember 1956.
Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Beliau telah memberikan karya terbaiknya kepada nusa dan bangsa. Semboyan “ Tut Wuri Handayani” yang diabadikan sebagai lambang dan semboyan Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia.[4]
2.      Muhammad Syafei
Muhammad Syafei adalah seorang berdarah minang yang dilahirkan di Kalimantan Barat. Ia dilahirkan tepatnya di daerah Natan tahun 1985. Ayahnya bernama Mara Sultan dan ibunya bernama Khadijah. Syafei berhasil menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat pada tahun 1908. Kemudian Ia pun meneruskan pendidikanya ke Sekolah Raja (Sekolah Guru) dan lulus pada tahun 1914.
Perjalanan hidup mengharuskan dirinya hijrah ke Jakarta dan menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun. Di sela-sela kesibukanya, ia menyempatkan diri untuk belajar menggambar. Ia aktif dalam pergerakan Budi Utomo serta membantu pergerakan Wanita Putri Merdeka. Pada tanggal 31 Mei 1922 Mohammad Syafei berangkat ke negeri belanda untuk menempuh pendidikan atas biayanya sendiri. Beliau belajar selama 3 tahun dan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerja tangan, sandiwara, termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan.  Pada tahun 1925, beliau kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya.
Sekembalinya dari belanda, Syafei menerapkan ilmunya dengan mengelola sebuah sekolah yang kemudian dikenal Sekolah INS Kayutanam. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di kayutanam. Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil di Sumatra Barat, sedangkan INS sebuah lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari  Indonesische Nenderlandsche school. INS kayu tanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (IA dan IB). Gedung sekolah INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu beratap rumbia. Oleh karena membutuhkan lahan luas, maka pada tahun 1937 dipindahkan ke pelabuhan, kurang lebih dari dua kilometer dari Kayutanam.[5]
Kemajuan terus berkembang dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan tiga perumahan guru. Dengan jumlah murid 60 orang.
Asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur,restoran, gedung koperasi, lapangan tenis, kolam renang, taman baca, lapangan, ruang ibadah, ruang teori dan praktik) dan sarana prasarana lainnya. Adapun tujuannya sekolah ini diantaranya:
1)      Mendidik anak-anak agar mampu berfikir secara rasional
2)      Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan sungguh-sungguh
3)      Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik
4)      Menanamkan rasa Persatuan

Mohammad Syafei meninggal dunia pada tanggal 5 maret 1969, meskipun sudah tiada, namun jasa-jasa beliau tidak akan pernah terlupakan apalagi para lulusan dari INS tersebar keberbagai pelosok tanah air, yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.[6]

3.      KH. Ahmad Dahlaan
Kiai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1868), adalah putra dari K.H. Abu Bakar bin kiai Sulaiman, seorang Khatib tetap di masjid Agung Yogyakarta. Ketika lahir, Abu Bakar member nama si anak dengan Muhammad Darwis.[7]
Pembentukan ide-ide dan aktivitas baru pada diri Ahmad Dahlan tidak dapat dipisahkan dari proses sosialisasi dirinya sebagai pedagang dan ulama serta dengan alur  pergerakan sosial keagamaan, kultural, dan kebangsaan yang sedang berlangsung di indonesia pada abad ke XX. Sebagai seorang pedagang sekaligus ulama, Ahmad Dahlan sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Residensi Yogyakarta maupun daerah lainya seperti Periangan, Jakarta, Jombang, Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Rembang, Semarang, Kudus, Pekalongan, Purwokerto, dan Surakarta. Di tempat-tempat itu ia bertemu dengan para ulama, pemimpin lokal, maupun kaum cerdik cendekia lainya yang sama-sama menjaadi pedagang ataupun bukan.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, mereka berbicara tentang agama islam, masalah umum yang terjadi dalam masyarakat, terutama yang secara langsung berhubungan dengan kemunculan, kstatisaan, atau keterbelakangan penduduk muslim pribumi di tengah-tengah masyarakat kolonial. Dalam konteks pergerakan sosial keagamaan, budaya, dan kebangsaan, hal ii diungkap dengan adanya interaksi personal maupun formal antara Ahmad Dahlan dengan orgaisasi, seperti: Budi Utomo, Sarikat Islam, dan Jamiat Khair, maupun hubungan formal antara organisasi yang ia cirikan kemudian, terutama dengan Budi Utomo.
Secara personal, Ahmad Daahlan mengenal organisasi  Budi Utomo melalui pembicaraan atau diskusi dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi Utomo di Yogyakarta yang mempunyai hubungan dekat dengan dr. Wahidin Sudirohusodo seorang pemimpin budi utomo yang tinggal di Ketandan Yogyakarta. Melalui Joyosumarto ini kemudian Ahmad Dahlan berkenalan dengan dr. Wahidin Sudirohusodo secara pribadi dan sering menghadiri rapat anggota maupun pengurus yang diselenggarakan oleh Budi Utomo walaupun secara resmi ia belum menjadi anggota organisasi ini. Setelah banyak mendegar aktivitas dan organisasi Budi Utomo melalui pembicaraan pribadi dan kehadiranya dalam pertemuan-pertemuan resmi, Ahmad Dahlan kemudian secara resmi menjadi anggota Budi Utomo pada tahun 1909.[8]
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat memperjuangkan umat Islam melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Ada beberapa hal yang melatar belakangi beliau mendirikan Muhammadiyah ini, diantaranya adalah:
1)      Umat islam tidak memegang teguh Alquran dan Hadis Nabi sehingga menyebabkan perbuatan syirik semakin merajalela.
2)      Keadaan umat Islam sangat menyedihkan akibat dari penjajahan
3)      Persatuan umat islam semakin menurun
Organisasi Muhammadiyah aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan sekolah pada semua jenjang pendidikan dan tersebar ke berbagai pelosok tanah air. Tujuannya adalah terwujudnya manusia muslim, berakhlak, cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan negara.
K.H. Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 25 februari 1923, dalam usia 55 tahun.[9]
4.      Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika lahir di Bandung, pada tanggal 4 Desember 1884. Raden Dewi Sartika merupakan seorang tokoh wanita yang menyalurkan perjuangannya melalui pendidikan.
Cita-cita dewi sartika adalah mengangkat derajat kaum wanita indonesia dengan jalan memajukan pendidikannya. Alasannya, saat itu masyarakat cukup menghawatirkan, dimana kaum wanita tidak diberi kesempatan ntuk mengejar kemajuan.
Untuk merealisasikan pendidikannya, pada tahun 1904 didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama” sekolah istri” ketika pertama dibuka, sekolah ini mempunyai murid sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun sekolah yang didirikan Dewi Sartika menjadi memjadi bertambah. Pada tahun 1909 baru dapat mengeluarkan out ut-nya yang pertama dengan mendapat ijazah.Pada tahun 1914 sekolah istri di ganti namanya menjadi “sakola kautaman istri”.



5.      Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong (Jepara), pada tanggal 21 april 1879. Hari kelahirannya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai hari kartini. Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat sejajar dengan kaum pria.
Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini tersebut disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah yang khusus bagi kaum wanita.
Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh Raden Ajeng Kartini Adalah:
1)        Sekolah gadis jepara, dibuka pada tahun 1903
2)        Sekola gadis di rembang
Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini hanyalah sebagai perintis jalan yang nantinyaharus diteruskan ”kartini-kartni” baru.
Raden Ajeng Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat hari setelah beliau melahirkan, tepatnya pada tanggal 17 september 1904.
Untuk mengenang atau menghormati cita-cita katrini, pada tahun 1913 didirikan sekolah rendah untuk anak-anak perempuan di beberapa kota besar, yaitu dengan nama sekolah Kartini, bahkan karena besarnya jasa-jasa kartini tersebut W.R. Supratman mengabadikan namanya dalam satu buah lagu gubahannya yang berjudul ”ibu kita kartini”.










BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh yang sangat identik dengan pendidikan di Indonesia. Dia dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya pun dipakai oleh Departemen Pendidikan RI sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani.
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat memperjuangkan umat Islam juga melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta.
Mohammad syafei yang menempuh pendidikan sampai ke Belanda dengan biaya sendiri, kemudian ia pulang dengan menerapkan ilmunya dengan membangun sekolah yang di beri nama INS kayutanam. Dan dimana  sekolah itu berkembang dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan tiga perumahan guru.
Raden dewi sartika adalah mengangkat derajat kaum wanita indonesia dengan jalan memajukan pendidikannya. Alasannya, saat itu masyarakat cukup menghawatirkan, dimana kaum wanita tidak diberi kesempatan ntuk mengejar kemajuan. Untuk merealisasikan pendidikannya, pada tahun 1904 didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama” sekolah istri” ketika pertama dibuka, sekolah ini mempunyai murid sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun sekolah yang didirikan Dewi Sartika menjadi memjadi bertambah.
Raden Ajeng Kartini Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat sejajar dengan kaum pria.
Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini tersebut disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah yang khusus bagi kaum wanita.
Dari kesimpulan diatas dapat  dipahami bahwa, tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia sangat berpengaruh dan andil dalam perkembangan sistem perkembangan pendidikan di Indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan.

B.  SARAN
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Apabila ada salah maupun itu dari ketikan atau yang lainnya penulis mohon maaf.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.








DAFTAR PUSTAKA

M. Sukardjo, 2009, Ukim Komarudin, landasan pendidikan konsep dan aplikasinya,Jakarta: Rajawali pers
Hasbullah, 2012, dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: Rajawali pers

Mohammad, Herry, 2006, tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta: Gema Insani Press


[1] M. Sukardjo, Ukim Komarudin, landasan pendidikan konsep dan aplikasinya, (Jakarta: Rajawali pers, 2009), hlm 95-96
[2] Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hlm 266
[3] Ibid, hlm 267
[4] Ibid, hlm  268
[5] M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit, hlm 100-101
[6] Hasbullah, op.cit, hlm 270
[7] Mohammad, Herry, tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hlm 7
[8]  M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit, hlm 108-110
[9] Hasbullah, op.cit, hlm 272