BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sesungguhnya
pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha
para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang
sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara
entang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan
sosok dan tokoh-tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah
dan karya mereka.
Jauh
sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju,
khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar
Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng
Kartini merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna
pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat
yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang
melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
Pada
dasarnya cukup banyak tokoh pelaku sejarah yang sangat berjasa dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Namun, dalam kesempatan ini hanya sebagian yang bisa
dikemukakan, dengan tidak mengurangi dan mengecilkan arti perjuangan dan
jasa-jasa tokoh lain.
Atas
dasar inilah penulis menjelaskan pokok
bahasan ini dengan tujuan agar para mahasiswa, mahasiswi dan siapa saja yang
terlibat untuk selalu mengenang dan tidak pernah melupakan karya-karya
tokoh-tokoh pendidikan yang memiliki pemikiran maju, dan memberikan warna
pendidikan sampai saat ini. Diharapkan pembahasan ini memberikan perluasan wawasan bagi
mahasiswa dan memberikan penjelasan pemahaman yang lebih baik dari sebelumnya.
B.
RUMUSAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat penulis rumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat hidup dan peran Ki
Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan di indonesia
2. Bagaimana riwayat dan peran Mohammad
Syafei dalam membangun pendidikan di Indonesia
3. Bagaimana riwayat hidup dan peran KH
Ahmad Dahlan dalam membangun pendidikan di indonesia
4. Bagaimana riwayat hidup dan peran
Raden Dewi Sartika dalam membangun pendidikan di Indonesia
5. Bagaimana riwayat dan peran Raden
Ajeng Kartini dalam membangun pendidikan di Indonesia
C.
TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. riwayat hidup dan peran Ki Hajar
Dewantara dalam membangun pendidikan di indonesia
2. riwayat dan peran Mohammad Syafei
dalam membangun pendidikan di Indonesia
3. riwayat hidup dan peran KH Ahmad
Dahlan dalam membangun pendidikan di indonesia
4. riwayat hidup dan peran Raden Dewi
Sartika dalam membangun pendidikan di Indonesia
5. riwayat dan peran Raden Ajeng
Kartini dalam membangun pendidikan di Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tokoh-tokoh
Pendidikan Indonesia
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh Indonesia yang memiliki
pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan
pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut
adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus
pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi
Indonesia.
1.
Ki
Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi
Suryaningrat, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Ia adalah salah
seorang putera terbaik negeri ini. Yang memiliki pemikiran yang sangat maju
pada zamanya dalam memperjuangkan pendidikan, yang hasil pemikiranya masih
relevan hingga saat ini. Pemikiranya memiliki inti ingin “ memajukan bangsa
tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”. Melihat buah pemikiran tersebut,
betapa pemikiranya sampai saat ini masih
relevan.
Ajaran Ki Hajar Dewantara yang saat ini dipakai sebagai lambang
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), yaitu Ing Ngarso Sung Tulado, yang
berarti seorang guru hendakya memberikan teladan yang baik kepada
murid-muridnya. Ing Madya Mangun Karso, yang berarti seorang guru harus
terus membuat inovasi dalam pembelajaran. dan Tut Wuri Handayani, yang
berarti seorang guru harus dapat membangkitkan motifasi, memberikan dorongan
kepada anak didiknya untuk terus maju, berkarya, dan berprestasi. Semboyan
tersebut sampai saat ini massih relevan, meskipun jika kita perhatikan ada
beberapa guru yang kurang faham tentang falsafah tersebut. Seorang pendidik
harus menjadi teladan bagi anak didiknya dalam berbagai hal, sehingga guru
dapat menjadi panutan bagi anak didiknya.[1]
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang berjasa di bidang pendidikan dan
beliaulah yang mendirikan taman siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang
sangat besar tersebut maka sampai sekarang pada tanggal 2 mei di peringati
sebagai hari Pendidikan Nasional.[2]
Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang dikemukakan
oleh Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
1)
Asas
kemerdekaan;
2)
Asas
kodrat alam;
3)
Asas
kebudayaan;
4)
Asas
kebangsaan;
5)
Asas
kemanusiaan;[3]
Setelah Indonesia merdeka Ki Hajar Dewantara pernah menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan yang pertama, Anggota dan
Wakil Ketua DPA, Anggota Parlemen dan mendapat gelar “ Doktor Honoris Causa”
dalam ilmu kebudayaan dari Universitas Gajah Mada pada tanggal 19 Desember
1956.
Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 di
Yogyakarta. Beliau telah memberikan karya terbaiknya kepada nusa dan bangsa.
Semboyan “ Tut Wuri Handayani” yang diabadikan sebagai lambang dan semboyan
Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia.[4]
2.
Muhammad
Syafei
Muhammad Syafei adalah seorang berdarah minang yang dilahirkan di
Kalimantan Barat. Ia dilahirkan tepatnya di daerah Natan tahun 1985. Ayahnya
bernama Mara Sultan dan ibunya bernama Khadijah. Syafei berhasil menamatkan
pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat pada tahun 1908. Kemudian Ia pun
meneruskan pendidikanya ke Sekolah Raja (Sekolah Guru) dan lulus pada tahun
1914.
Perjalanan hidup mengharuskan dirinya hijrah ke Jakarta dan menjadi
guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun. Di sela-sela kesibukanya, ia
menyempatkan diri untuk belajar menggambar. Ia aktif dalam pergerakan Budi
Utomo serta membantu pergerakan Wanita Putri Merdeka. Pada tanggal 31 Mei 1922
Mohammad Syafei berangkat ke negeri belanda untuk menempuh pendidikan atas
biayanya sendiri. Beliau belajar selama 3 tahun dan memperdalam ilmu musik,
menggambar, pekerja tangan, sandiwara, termasuk memperdalam pendidikan dan
keguruan. Pada tahun 1925, beliau
kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya.
Sekembalinya dari belanda, Syafei menerapkan ilmunya dengan
mengelola sebuah sekolah yang kemudian dikenal Sekolah INS Kayutanam. Sekolah
ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di
kayutanam. Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil di Sumatra Barat, sedangkan
INS sebuah lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari Indonesische Nenderlandsche school. INS kayu
tanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (IA dan IB).
Gedung sekolah INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat
dari bambu beratap rumbia. Oleh karena membutuhkan lahan luas, maka pada tahun
1937 dipindahkan ke pelabuhan, kurang lebih dari dua kilometer dari Kayutanam.[5]
Kemajuan terus berkembang dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas
300 orang dan tiga perumahan guru. Dengan jumlah murid 60 orang.
Asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur,restoran,
gedung koperasi, lapangan tenis, kolam renang, taman baca, lapangan, ruang
ibadah, ruang teori dan praktik) dan sarana prasarana lainnya. Adapun tujuannya
sekolah ini diantaranya:
1)
Mendidik
anak-anak agar mampu berfikir secara rasional
2)
Mendidik
anak agar mampu bekerja secara teratur dan sungguh-sungguh
3)
Mendidik
anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik
4)
Menanamkan
rasa Persatuan
Mohammad Syafei meninggal dunia pada tanggal 5 maret 1969, meskipun
sudah tiada, namun jasa-jasa beliau tidak akan pernah terlupakan apalagi para
lulusan dari INS tersebar keberbagai pelosok tanah air, yang tentu saja
kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara.[6]
3.
KH.
Ahmad Dahlaan
Kiai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Kauman,
Yogyakarta, tahun 1868), adalah putra dari K.H. Abu Bakar bin kiai Sulaiman,
seorang Khatib tetap di masjid Agung Yogyakarta. Ketika lahir, Abu Bakar member
nama si anak dengan Muhammad Darwis.[7]
Pembentukan ide-ide dan aktivitas baru pada diri Ahmad Dahlan tidak
dapat dipisahkan dari proses sosialisasi dirinya sebagai pedagang dan ulama
serta dengan alur pergerakan sosial
keagamaan, kultural, dan kebangsaan yang sedang berlangsung di indonesia pada
abad ke XX. Sebagai seorang pedagang sekaligus ulama, Ahmad Dahlan sering
melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Residensi Yogyakarta maupun daerah
lainya seperti Periangan, Jakarta, Jombang, Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya,
Gresik, Rembang, Semarang, Kudus, Pekalongan, Purwokerto, dan Surakarta. Di
tempat-tempat itu ia bertemu dengan para ulama, pemimpin lokal, maupun kaum
cerdik cendekia lainya yang sama-sama menjaadi pedagang ataupun bukan.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, mereka berbicara tentang agama
islam, masalah umum yang terjadi dalam masyarakat, terutama yang secara
langsung berhubungan dengan kemunculan, kstatisaan, atau keterbelakangan
penduduk muslim pribumi di tengah-tengah masyarakat kolonial. Dalam konteks
pergerakan sosial keagamaan, budaya, dan kebangsaan, hal ii diungkap dengan
adanya interaksi personal maupun formal antara Ahmad Dahlan dengan orgaisasi,
seperti: Budi Utomo, Sarikat Islam, dan Jamiat Khair, maupun hubungan formal
antara organisasi yang ia cirikan kemudian, terutama dengan Budi Utomo.
Secara personal, Ahmad Daahlan mengenal organisasi Budi Utomo melalui pembicaraan atau diskusi
dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi Utomo di Yogyakarta yang mempunyai
hubungan dekat dengan dr. Wahidin Sudirohusodo seorang pemimpin budi utomo yang
tinggal di Ketandan Yogyakarta. Melalui Joyosumarto ini kemudian Ahmad Dahlan
berkenalan dengan dr. Wahidin Sudirohusodo secara pribadi dan sering menghadiri
rapat anggota maupun pengurus yang diselenggarakan oleh Budi Utomo walaupun
secara resmi ia belum menjadi anggota organisasi ini. Setelah banyak mendegar
aktivitas dan organisasi Budi Utomo melalui pembicaraan pribadi dan kehadiranya
dalam pertemuan-pertemuan resmi, Ahmad Dahlan kemudian secara resmi menjadi
anggota Budi Utomo pada tahun 1909.[8]
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat
memperjuangkan umat Islam melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh pendiri
organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Ada beberapa hal yang melatar
belakangi beliau mendirikan Muhammadiyah ini, diantaranya adalah:
1)
Umat
islam tidak memegang teguh Alquran dan Hadis Nabi sehingga menyebabkan
perbuatan syirik semakin merajalela.
2)
Keadaan
umat Islam sangat menyedihkan akibat dari penjajahan
3)
Persatuan
umat islam semakin menurun
Organisasi Muhammadiyah aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan
sekolah pada semua jenjang pendidikan dan tersebar ke berbagai pelosok tanah
air. Tujuannya adalah terwujudnya manusia muslim, berakhlak, cakap, percaya
kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan negara.
K.H. Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 25 februari 1923,
dalam usia 55 tahun.[9]
4.
Raden
Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika lahir di Bandung, pada tanggal 4 Desember 1884.
Raden Dewi Sartika merupakan seorang tokoh wanita yang menyalurkan
perjuangannya melalui pendidikan.
Cita-cita dewi sartika adalah mengangkat derajat kaum wanita
indonesia dengan jalan memajukan pendidikannya. Alasannya, saat itu masyarakat
cukup menghawatirkan, dimana kaum wanita tidak diberi kesempatan ntuk mengejar
kemajuan.
Untuk merealisasikan pendidikannya, pada tahun 1904 didirikanlah
sebuah sekolah yang diberi nama” sekolah istri” ketika pertama dibuka, sekolah
ini mempunyai murid sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun sekolah
yang didirikan Dewi Sartika menjadi memjadi bertambah. Pada tahun 1909 baru
dapat mengeluarkan out ut-nya yang
pertama dengan mendapat ijazah.Pada tahun 1914 sekolah istri di ganti namanya
menjadi “sakola kautaman istri”.
5.
Raden
Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong (Jepara), pada tanggal 21 april
1879. Hari kelahirannya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai hari
kartini. Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan
emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat
sejajar dengan kaum pria.
Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini
tersebut disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah yang
khusus bagi kaum wanita.
Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh Raden Ajeng Kartini
Adalah:
1)
Sekolah
gadis jepara, dibuka pada tahun 1903
2)
Sekola
gadis di rembang
Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini
hanyalah sebagai perintis jalan yang nantinyaharus diteruskan ”kartini-kartni”
baru.
Raden Ajeng Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat
hari setelah beliau melahirkan, tepatnya pada tanggal 17 september 1904.
Untuk mengenang atau menghormati cita-cita katrini, pada tahun 1913
didirikan sekolah rendah untuk anak-anak perempuan di beberapa kota besar,
yaitu dengan nama sekolah Kartini, bahkan karena besarnya jasa-jasa kartini
tersebut W.R. Supratman mengabadikan namanya dalam satu buah lagu gubahannya
yang berjudul ”ibu kita kartini”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
banyak
tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang
pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH Ahmad
Dahlan, Mohammad Syafei, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini merupakan
sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat
ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan
pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan
cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh
yang sangat identik dengan pendidikan di Indonesia. Dia dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Nasional. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya
pun dipakai oleh Departemen Pendidikan RI sebagai jargon, yaitu tut wuri
handayani.
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat memperjuangkan umat Islam juga
melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah
pada tahun 1912 di Yogyakarta.
Mohammad syafei yang menempuh pendidikan sampai ke
Belanda dengan biaya sendiri, kemudian ia pulang dengan menerapkan ilmunya
dengan membangun sekolah yang di beri nama INS kayutanam. Dan dimana sekolah itu berkembang dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan tiga
perumahan guru.
Raden dewi
sartika adalah mengangkat derajat kaum wanita indonesia dengan jalan memajukan
pendidikannya. Alasannya, saat itu masyarakat cukup menghawatirkan, dimana kaum
wanita tidak diberi kesempatan ntuk mengejar kemajuan. Untuk
merealisasikan pendidikannya, pada tahun 1904 didirikanlah sebuah sekolah yang
diberi nama” sekolah istri” ketika pertama dibuka, sekolah ini mempunyai murid
sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun sekolah yang didirikan Dewi
Sartika menjadi memjadi bertambah.
Raden Ajeng Kartini Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih
memperjuangkan emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak
wanita agar dapat sejajar dengan kaum pria.
Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini
tersebut disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah yang
khusus bagi kaum wanita.
Dari kesimpulan diatas dapat dipahami
bahwa, tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia
sangat berpengaruh dan andil dalam perkembangan sistem perkembangan
pendidikan
di Indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya
dalam bidang pendidikan.
B. SARAN
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Apabila ada salah maupun itu dari ketikan atau
yang lainnya penulis mohon maaf.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Sukardjo, 2009,
Ukim Komarudin, landasan pendidikan
konsep dan aplikasinya,Jakarta: Rajawali pers
Hasbullah, 2012, dasar-dasar
ilmu pendidikan, Jakarta: Rajawali pers
Mohammad, Herry, 2006,
tokoh-tokoh
islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta:
Gema Insani Press
[1] M. Sukardjo, Ukim Komarudin, landasan
pendidikan konsep dan aplikasinya, (Jakarta: Rajawali pers, 2009), hlm
95-96
[2] Hasbullah, dasar-dasar ilmu
pendidikan, (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hlm 266
[3] Ibid, hlm 267
[4] Ibid, hlm 268
[5] M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit,
hlm 100-101
[6] Hasbullah, op.cit, hlm 270
[7] Mohammad, Herry, tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), hlm 7
[8] M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit, hlm 108-110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar